Universitas Indraprasta PGRI (d.h) STKIP PGRI Jakarta
SK Mendiknas RI No.142/D/O/2004 Tanggal 6 September 2004

Universitas Indraprasta PGRI sebagai perguruan tinggi yang berdiri sejak tahun 1982 (dahulu bernama STKIP PGRI Jakarta) membuka program sarjana untuk turut serta secara aktif membantu pemerintah dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat.
 

Kamis, 27 Oktober 2011

SISTEM INFORMASI,,( DOSEN : NAHOT FRASTIAN, S.KOM) TEKNIK INFORMATIKA,,UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA

MAKALAH
SISTEM INFORMASI PEMASARAN









Dosen Sistem Informasi
Nahot Frastian, S.Kom

Dibuat oleh Kelompok 2 :
Saripulloh (201043500286)
Mohamad Imam Gozali (201043500250)
Reo Genta Kamandanu (201043500212)
Sugeng Prayitno (201043500223)







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “SISTEM INFORMASI PEMASARAN ”.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Sistem Informasi Pemasaran atau yang lebih khususnya membahas Membahas pengertian Sistem Informasi Pemasaran, faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Informasi Pemasaran, serta identifikasi dan contoh Sistem Informasi Pemasaran.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Sistem Informasi Pemasaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Jakarta, 25 Oktober 2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
- Latar Belakang 3
- Rumusan Masalah 5
- Tujuan Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 6
- Pengertian Pemasaran 6
- Pengertian Manajemen Pemasaran 6
- Landasan Teori 7
- Konsep Pemasaran 9
- Pengertian Segmentasi Pasar 11
- Pengertian dan Karakteristik Jasa 12
- Sifat – Sifat Khusus Pemasaran Jasa 12
- Pengertian Perilaku Konsumen 13
- Kerangka Pemikiran 14
- Model Konseptual 16
- Model dan Hipotesis Penelitian 17
- Evolusi Konsep Sistem Informasi Pemasaran 17
- Model Sistem Informasi Pemasaran 20
- Menilai Kebutuhan Informasi 22
- Mendistribusikan Informasi 22
- Mengembangkan Informasi 22
METODE PENELITIAN 25
- Metode dan Jenis Penelitian 25
- Lokasi Penelitian 25
- Populasi dan Sampel Penelitian 25
- Teknik dan Metode Pengumpulan Data 25
- Metode Analisis Data 25
- Proses Riset Pemasaran 26
- Pertimbangan Riset Pemasaran Lainnya 27
HASIL DAN PEMBAHASAN 28
- Hasil Analisis Deskriptif 28
- Hasil Analisis Regresi 29
- Implikasi Hasil Penelitian 30
KESIMPULAN 33
- Kesimpulan 33
- Saran-Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35

PENDAHULUAN
Kita mengetahui bahwa sistem informasi eksekutif, yang memberi dukungan kepada eksekutif, berada di atas sistem informasi fungsional. Pada makalah ini. Kita akan dikenalkan dengan konsep yang telah banyak mendapat perhatian, yaitu sistem informasi pemasaran.

Latar Belakang
Dewasa ini, kebutuhan akan rumah menjadi perhatian yang cukup serius bagi pemerintah, adanya tuntutan masyarakat untuk dapat memiliki rumah yang sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat merupakan suatu fenomena yang masih belum terselesaikan secara tuntas.
Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan adanya perumahan yang layak bagi masyarakat, secara tegas telah tercantum dalam GBHN tahun 1992 bahwa pembangunan perlu untuk semakin ditingkatkan khususnya perumahan dan pemukiman yang terjangkau oleh masyarakat.
Pengadaan perumahan di Indonesia ditangani oleh sebuah organisasi yang bernama REI, dimana dalam pelaksanaan di lapangan organisasi tersebut berfungsi sebagai koordinator para pengembang atau developer sebagai penyedia perumahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara langsung.
Industri realestate di Indonesia terbagi ke dalam dua segmen pasar yaitu pembangunan rumah-rumah sederhana (baik dimiliki maupun sewa sebagai bagian dari program kesejahteraan sosial) dan pembangunan properti lainnya (baik untuk bangunan prasarana ekonomi dan kehidupan maupun investasi, meliputi bangunan-bangunan perkantoran, komersial, industri, fasilitas-fasilitas khusus sampai perumahan mewah) (Sulistijo dalam Santoso 2000). Lebih lanjut, dijelaskan oleh Sulistijo bahwa siklus bisnis realestate selalu terjadi, baik berjangka pendek maupun panjang tidak saja akibat pengaruh ekonomi serta politik, tetapi ke depan akan menghadapi permasalahan baru akibat perkembangan teknologi, informasi, dan persaingan-persaingan regional dan global.
Masyarakat selaku konsumen pembeli perumahan tidak dengan begitu saja membeli rumah tanpa mempunyai pertimbangan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan seperti produk, harga, lokasi, promosi (Kotler & Amstrong 1997). Selain itu, dalam sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (post purchase behavior). Pada tahap ini konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Konsumen perumahan mewah selain membeli untuk tinggal, mereka juga mengharapkan adanya pencapaian kepuasan (Property 2000). Oleh karena itu, di dalam memasarkan perumahan mewah, para pengembang harus mampu menciptakan kepuasan bagi para konsumennya.
Untuk mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para pengembang perlu memiliki suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena strategi pemasaran juga merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang digunakan untuk melayani pasar sasaran (Tull & Kahle dalam Tjiptono 1997).
Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan perumahan untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran pemasaran) yang dapat meliputi product, price, promotion, dan physical evidence (Pawitra 1993). Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang diharapkan mampu menciptakan kepuasan konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk.
Pembangunan perumahan untuk kelompok masyarakat menengah ke atas cenderung dilakukan oleh para pengembang swasta, dimana mereka lebih menekankan pada profit orientied. Untuk mencapai tujuan tersebut, penekanan pada daya tarik bentuk rumah yang mereka bangun lebih diutamakan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan para konsultan pembangunan perumahan, sehingga perumahan yang mereka bangun mampu menghasilkan bentuk yang menarik konsumen untuk membelinya. Sedangkan beberapa hal seperti konstruksi, sarana jalan, saluran, dan fasilitas-fasilitas umum yang seharusnya ada dalam kompleks perumahan yang mereka bangun, cenderung diabaikan. Dengan demikian, ketidakpuasan konsumen mungkin akan muncul setelah membeli rumah yang dipasarkan oleh para pengembang.
Bertitik tolak pada paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola pemikiran yang berkembang dalam pembelian rumah di era sekarang ini, terutama untuk rumah kelas menengah ke atas adalah bahwa rumah tidak hanya sebagai tempat berlindung, namun juga berfungsi sebagai tempat tinggal yang nyaman, sehat, bahkan estetika menjadi bahan pertimbangan mereka dalam pembelian rumah. Dengan demikian, para pengembang harus mampu memberikan pelayanan yang optimal untuk memberikan kepuasan pada konsumennya. Oleh karena itu, selain faktor teknis, para pengembang perlu mengetahui dan mengerti mengenai prilaku konsumen dalam memasarkan produknya. Karena dengan mempelajari perilaku konsumen para pengembang akan banyak memperoleh informasi tentang keterlibatan konsumen secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan sekaligus menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Engel, Well, & Miniard 1994).

Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
a. Adakah pengaruh yang signifikan antara produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas ?
b. Variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas ?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mendeskripsikan tentang tingkat kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
b. Untuk mengkaji dan menganalisis ada/tidaknya pengaruh yang signifikan antara produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
c. Untuk mengkaji dan menganalisis dari lima variabel tersebut yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
d. Mengetahui tingkat minat yang tinggi yang telah ditunjukkan pemasaran dalam sistem informasi fungsional dan juga mengetahui bagaimana model teoritisnya memanfaatkan bidang fungsional yang lain.
e. Menggambarkan sistem informasi fungsional sebagai kelompok subsistem input dan output.
f. Memahami bagaimana subsistem input mengumpulkan data dan informasi baik secara internal maupun dari lingkungan.
g. Mengetahui bahwa subsistem output disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi manajer fungsional.
h. Memahami bagaimana data dan informasi dikumpulkan oleh penelitian pemasaran dan oleh subsistem intelligence pemasaran.
i. Mengenal beberapa program yang ada di dalam perpustakaan software, yang mendukung pembuatan keputusan mengenai produk, tempat, promosi, harga dan campuran terpadu.


TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.
Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam kelompok social untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Definisi yangpaling sesuai dengan tujuan tersebut adalah :
Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan prosuk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 1997).
Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands).
Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran bia juga diartikan suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual (Swasta, 1996).

Pengertian Manajemen Pemasaran
Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan demikian, manajemen pemasaran dapat diartikan :
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi (Kotler, 1997).
Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.
Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran.

Landasan Teori
Pengertian pemasaran yang berkaitan dengan produk berupa real estate dan property adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan rumah tinggal dan atau ruang usaha, dengan cara pengalihan hak atas produk tersebut dari perusahaan kepada konsumen melalui proses pertukaran (Santoso 2000).
Marketing mix (bauran pemasaran) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran (Kotler 1999). Secara umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang mengintegrasikan produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan distribusi (place), dimana kesemuanya itu diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para konsumen.
Sejalan dengan semakin kompetitifnya dunia bisnis, 4-P tersebut berkembang. Pawitra (1993) menegaskan bauran pemasaran meliputi 7-P yaitu product, place, price, promotion, participant, physical evidence dan process. Sedangkan Payne (1993) menyatakan bauran pemasaran terdiri dari product, place, price, promotion, people, processes dan provision of consumer service.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat meliputi produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.
Sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (terutama dalam pengambilan keputusan yang luas). Dalam tahap ini konsumen merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa datang. Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain. Oleh karena itu, pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Kotler (1999) memandang kepuasan sebagai fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pembeli akan kecewa. Jika ia sesuai harapan, pembeli akan puas dan jika ia melebihi harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan konsumen setelah membeli produk akan membedakan apakah mereka akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada orang lain.
Harapan konsumen terbentuk berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lainnya. Apabila penjual melebih-lebihkan manfaat suatu produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai (disconfirmed expectation), yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja yang dihasilkan suatu produk, akan semakin besar ketidakpuasan konsumen.
Konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Berkaitan dengan hal ini, Singh dalam Tjiptono (1997) menyatakan ada tiga kategori tanggapan atau komplain terhadap ketidakpuasan, yaitu :
a. Voice response
Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan/atau meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan. Bila pelanggan melakukan hal ini, maka perusahaan masih mungkin memperoleh beberapa manfaat. Pertama, pelanggan memberikan kesempatan sekali lagi kepada perusahaan untuk memuaskan mereka. Kedua, resiko publisitas buruk dapat ditekan, baik publisitas dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, maupun melalui koran/media massa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ketiga, memberi masukan mengenai kekurangan pelayanan yang perlu diperbaiki perusahaan. Melalui perbaikan (recovery), perusahaan dapat memelihara hubungan baik dan loyalitas pelanggannya.
b. Private response
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega, teman atau keluarganya mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan yang bersangkutan, Umumnya tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat besar bagi citra perusahaan.
c. Third-party response
Tindakan yang dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum; mengadu lewat media massa (misalnya menulis di Surat Pembaca); atau secara langsung mendatangi lembaga konsumen, instansi hukum, dan sebagainya. Tindakan seperti ini sangat ditakuti oleh sebagian besar perusahaan yang tidak memiliki prosedur penanganan keluhan yang baik. Kadangkala pelanggan lebih memilih menyebarluaskan keluhannya kepada masyarakat luas, karena secara psikologis lebih memuaskan. Lagipula mereka yakin akan mendapat tanggapan yang lebih cepat dari perusahaan yang bersangkutan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu :
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.

Konsep Pemasaran
Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus efi menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang labih baik.
Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konseop pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Secara definitive dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan social bagi kelangsungan hisup perusahaan (Swasta, 1996).
Dari definisi tersebut, perusahaan memiliki konsekuensi seluruh kegiatan perusahaan harus diarahkan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan mampu memberikan kepuasan agar mendapat laba dalam jangka panjang. Organisasi perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran ini disebut organisasi pemasaran.
Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan pasar sasaran (Kotler, 1997). Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu dan profitabilitas.
Dewasa ini konsep pemasaran mengalami perkembangan yang semakin maju sejalan dengan majunya masyarakat dan teknologi. Perusahaan tidak lagi berorientasi hanya pada pembeli saja, akan tetapi berorientasi pada masyarakat atau manusia. Konsep yang demikianlah yang disebut dengan konsep pemasaran masyarakat (Swasta, 1996).
Selanjutnya akan dibahas tiga factor penting yang digunakan sebagai dasar dalam konsep pemasaran (Swasta, 1996) :
a. Orientasi konsumen
Pada intinya, jika suatu perusahaan ingin menerapkan orientasi konsumen ini, maka :
1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualan.
3. Menentukan produk dan program pemasarannya.
4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
b. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan
Untuk memberikan kepuasan secara optimal kepada konsumen, semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan. Hindari adanya pertentangan antara perusahaan dengan pasarnya. Salah satu cara penyelesaian untuk mengatasi masalah koordinasi dan integrasi ini dapat menggunakan satu orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran, yaitu manajer pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu upaya yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
c. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen
Salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan profit atau laba. Dengan laba tersebut perusahaan bisa tumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang lebih besar. Sebenarnya laba merupakan tujuan umum dari sebuah perusahaan. Banyak perusahaan yang mempunyai tujuan lain disamping laba. Dengan menggunakan konsep pemasaran ini, hubungan antara perusahaan dan konsumen akan dapat diperbaiki yang pada akhirnya akan menguntungkan bagi perusahaan.

Pengertian Segmentasi Pasar
Pasar terdiri atas pembeli dan pembeli berbeda dalam banyak hal. Pasar dapat dibedakan atau disegmentasikan dalam berbagai cara. Pasar bisa diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Adapun istilah segmentasi pasar dapat didefinisikan sebagai berikut :
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen (Swasta, 1996).
Segmentasi pasar ini merupakan suatu falsafah yang berorientasi pada konsumen. Falsafah ini menunjukan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan sasaran dari suatu perusahaan. Segmen pasar ini dapat dibentuk dengan banyak cara. Dengan mengacu pada demografi atau gaya hidup, segmentasi pasar dapat dilakukan. Ada beberapa pola berbeda yang akan muncul dalam melakukan segmenatasi pasar ini, yaitu : preferesi homogen, preferensi yang tersebar dan preferensi terkelompok (Kotler, 1997).
Dengan menyatukan program pemasaran yang ditujukan kepada segmen-segmen pasar yang dituju, manajemen dapat melaksanakan pemasaran dengan lebih baik dan dapat menggunakan sumberdaya pemasaran secara efisien. Segmentasi pasar dapat membantu manajemen dalam hal menyalurkan uang dan usaha ke pasar potensial yang paling menguntungkan, merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar, menentukan cara-cara promosi yang paling efektif, memilih media advertensi, dan mengatur waktu yang sebaik-baiknya.
Dalam melakukan segmentasi pasar ini juga perlu suatu alasan yang cukup baik, misalnya, adanya pasar yang bersifat dinamis dan adanya pasar untuk suatu produk tertentu. Akan tetapi tidak semua segmentasi pasar yang dilakukan efektif. Dengan demikian perlu suatu upaya agar segmentasi pasar yang dilakukan itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal yang mungkin perlu untuk diperhatikan dalam melakukan segmentasi, diantaranya : dapat diukur, dalam jumlah besar, dapat diakses dengan mudah, bisa dibedakan serta dapat diambil tindakan.
Perusahaan yang mengidentifikasi segmen pasarnya harus bisa mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan berapa banyak segmen yang akan dimasuki. Ada dua factor penting yang mesti diperhatikan dalam melakukan evaluasi segmen pasar, yaitu daya tarik segmen secara keseluruhan dan sumberdaya perusahaan (Kotler, 1997). Setelah evaluasi dilakukan, perusahaan kemudian mengambil keputusan seberapa banyak segmen yang akan dilayani. Pada tahap evaluasi, ada berapa hal tambahan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih segmen yaitu pilihan etika atas pasar sasaran, interelasi dan segmen-super, rencana serangan segmen per segmen dan kerjasama antarsegmen.

Pengertian dan Karakteristik Jasa
Definisi jasa belum digunakan secara luas oleh pemasar. Ini berkaitan dengan sulitnya diketahui batasan-batasan yang jelas antara organisasi atau unit usaha yang menjadi bagian dari penyaluran barang dengan organisasi yang yang menawarkan jasa.
Dengan demikian jasa, khususnya yang menyangkut jasa pertukaran dapat didefinisikan sebagai :
Jasa adalah barang yang tidak kentara (intangible product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang saling memuaskan (Swasta, 1996).
Unsur penting dalam pengertian tersebut adalah bahwa jasa merupakan suatu produk yang tidak kentara, artinya barang yang dipertukarkan dengan uang adalah suatu yang tidak berwujud. Jasa juga merupakan produk yang tidak bisa ditimbun atau ditumpuk dalam suatu gudang sambil menunggu penjualan. Penyaluran jasa kebanyakannya langsung dari produsen ke konsumen.
Produk jasa ini banyak macam dan jenisnya. Secara umum ada perbedaan antara barang dan jasa yang dapat dilihat, misalnya, pembelian jasa dipengaruhi oleh motif dan emosi, jasa tidak berwujud, bersifat tidak tahan lama, tidak dapat disimpan, mementingkan unsur manusia, distribusi langsung, tidak memiliki standar dan keseragaman serta jasa tidak terlalu mementingkan adanya peramalan permintaan.
Menurut Alma (1992) konsep tidak berwujud pada jasa mengandung dua arti yang keduanya merupakan tantangan bagi pemasaran, yaitu :
• sesuatu yang tidak dapat disentuh, tidak dapat dipahami.
• Sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, tidak mudah diformulasikan
Untuk pemasaran jasa ini diperlukan pemikiran yang lebih jauh bagi para pelaksana dibandingkan dengan pemasaran barang.

Sifat – Sifat Khusus Pemasaran Jasa
Dalam pelaksanaan pemaaran jasa oleh pemasar, ada sifat khusus yang membedakan pemasaran jasa dengan pemasaran barang. Sifat khusus tersebut menurut Alma (1992) adalah sebagai berikut :
a. Menyesuaikan dengan selera konsumen
Gejala ini ditandai dengan pasar pembeli yang lebih dominan dalam suasana pasaran jasa. Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dalam industri dengan tingkat hubungan yang tinggi, pengusaha harus memperhatikan hal-hal yang bersifat internal dengan cara memelihara tenaga kerja dan mempekerjakan tenaga sebaik mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal marketing, yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam perusahaan.
b. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk.
Dalam kenyataan, makin maju suatu negara akan semakin banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya dengan hirarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan jasa. Masyarakat yang belum banyak menggunakan jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat tersebut belum merata.
c. Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan.
Tidak ada jasa yang dapat disimpan. Jasa diproduksi bersamaan waktunya dengan mengkonsumsi jasa tersebut.
d. Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai pelengkapnya.
Karena jasa adalah suatu produk yang tidak berwujud maka konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang memberikan pelayanan sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.
e. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu penting.
Ini disebabkan dalam pemasaran jasa perantara tidak digunakan. Akan tetapi ada type pemasaran tertentu yang menggunakan agen sebagai perantara.

Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan berbagai alasan berhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, termasuk orang yang kepentingan utamanya adalah pemasaran. Tidak mengherankan jika studi tentang perilaku konsumen ini memiliki akar utama dalam bidang ekonomi dan terlebih lagi dalam pemasaran.
Dengan demikian, perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah sebagai berikut :
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Subyek ini dapat diancangi dari beberapa prespektif, yaitu : pengaruh konsumen, menyeluruh dan antarbudaya.
Penelitian terhadap motivasi dan perilaku konsumen mendapat arti dalam masyarakat komtemporer di dunia. Ada pula perspektif yang lebih menyeluruh dan memfokuskan pada upaya studi konsumsi untuk mengerti bagaimana manusia berpikir dan berperilaku dalam kegiatan hidup. Pemasar yang berusaha mempengaruhi perilaku konsumen terletak pada premis konsumen adalah raja, motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian, perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasive yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu serta pengaruh konsumen memiliki hasil yang menguntungkan secara social asalkan pengamanan hokum, etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi (Engel, 1994).

Kerangka Pemikiran
Tingkat kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal (rumah) pada saat ini semakin meningkat. Di kota-kota besar, dimana pertumbuhan penduduk terus meningkat ditambah adanya arus urbanisasi yang tidak pernah surut menyebabkan kebutuhan akan rumah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang dirasakan sangat mendesak.
Pemerintah selalu berupaya mengakomodir dan menyelesaikan permasalahan yang muncul di masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang dapat membantu masyarakat dalam kepemilikan rumah, seperti para pengembang dalam membangun perumahan selalu ditekankan untuk membangun perumahan dengan tipe-tipe perumahan yang dapat terjangkau oleh setiap anggota masyarakat, bukan hanya memfokuskan pada pembangunan rumah mewah, walaupun secara riil perumahan menengah ke atas lebih menjanjikan dibandingkan rumah untuk kalangan yang pas-pasan.
REI sebagai koordinator para pengembang, baik yang ada di daerah maupun di pusat tetap memantau pelaksanaan pembangunan perumahan oleh para pengembang, sehingga setiap kelompok masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya akan perumahan.
Para pengembang swasta maupun BUMN, mempertahankan kelangsungan usaha merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai. Pembuatan perumahan yang disesuaikan dengan permintaan pasar terus dilaksanakan agar kelangsungan usaha mereka dapat terjamin dengan diterima dan dibelinya unit-unit perumahan yang mereka bangun. Selain itu, manajer property dalam industri realestate harus memberikan nilai lebih pada kepuasan konsumen (Christoper 1998).
Salah satu bentuk operasional dari strategi pemasaran yang dapat digunakan pengembang dalam memasarkan perumahan adalah bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik (Pawitra 1993).
Siklus bisnis realestate selalu terjadi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang tidak hanya saja terjadi akibat pengaruh ekonomi serta politik, tetapi ke depan akan menghadapi permasalahan baru akibat perkembangan teknologi, informasi dan persaingan-persaingan regional dan global (Sulistiji dalam Santoso 2000). Untuk konsumen pembeli perumahan mewah (menengah ke atas) selain membeli untuk tinggal, mereka mengharapkan adanya penciptaan kepuasan (Properti 2000). Dengan demikian, para pengembang dalam memasarkan perumahan tipe menengah ke atas harus mampu menciptakan kepuasan bagi para konsumennya, yang dapat dilakukan melalui penerapan konsep bauran pemasaran.
Stanton (1994) menjelaskan bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang serta jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen. Dengan demikian, kepuasan konsumen dipandang perlu diperhatikan oleh setiap pengembang dalam memasarkan perumahannya. Lebih lanjut, unsur-unsur yang melekat pada perumahan yang ditawarkan akan dinilai oleh konsumen, seperti kualitas bangunan, sarana-prasarana, harga, dan lainnya. Yang pada akhirnya apabila konsumen merasakan puas terhadap rumah yang ditawarkan pengembang, maka keuntungan yang didapat tidak hanya yang bersifat material namun non-materialpun akan diperoleh, seperti konsumen yang merasa puas akan menginformasikan pada individu atau kelompok lain tentang produk yang dibelinya (Bayus dalam Kotler et al. 1996).Berdasarkan paparan tersebut, maka kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :




































Gambar 1. Kerangka pemikiran

Model Konseptual





Gambar 2. Model Konseptual




Model dan Hipotesis Penelitian



















Gambar 3. Model Hipotesis

Hipotesis yang disusun berdasarkan kerangka pemikiran dan model analisis tersebut adalah bahwa :
1. Diduga variabel produk, harga, lokasi, promosi dan bukti fisik secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
2. Diduga variabel produk, harga, lokasi, promosi dan bukti fisik secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
3. Diduga variabel harga dan produk merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.

Evolusi Konsep Sistem Informasi Pemasaran
Pada tahun 1966, Professor Philip Kotler dari Northwest University menggunakan istilah pemasran nerve center untuk menjelaskan unit baru dalam pemasran yang berfungsi untuk mengumpulkan dan memproses informasi pemasaran. Dia mengemukakan tiga jenis informasi pemasran :
• Pemasaran Intelligence, yaitu informasi dari lingkungan yang mengalair ke perusahaan.
• Internal Pemasaran Information, yaitu informasi yang dikumpulkan di dalam perusahaan.
• Pemasaran communications, yaitu informasi yang mengalir dari perusahan kelingkungan.







Kita dapat mendefinisikan sistem informasi pemasaran sebagai sisrem berdasarkan komputer yang bekarja bersama dengan sistem informasi fungsional yang lain untuk mendukung manajemen perusahaan dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pemasaran produk perusahaan. Ada dua elemen dalam definisi tersebut yang menjadi dua pokok. Yang pertama, semua sistem informasi fungsional harus bekerja bersama-sama, dan yang kedua adalah dukungan pemecahan masalah tidak terbatas hanya untuk manajer perusahaan.
- Model Brien-Stafford
Bagi pemasar, tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk menggunakan unsur pemasaran sebagai dasar untuk membuat struktur sistem informasi pemasaran. Hasil usaha pertama adalah sbuah diagram yang disertai dengan naratif. Diagram ini dibuat pada tahun 1968 pleh proffesor pwmasaran Richard H. Brien dan James E. Stafford dari University of Houston. Modek mereka ini mennjukkan cara sistem tersebut memberi dukungan manajer pemasaran dalam mengembangkan program yang tererncana untuk tiap unsur campuran tersebut. Elemen model dihubungkan dengan arus informasi maupun arus keputusan.
- Model Kotler
Selama periode tahun 1967-1974, tak ada model baru lagi yang ada dalam literature, selain lima model tambahan tersebut. Salah satunya dibuat oleh Kotler dan dilukiskan pada Gambar 1.2. inti dari sistem informasi pemasaran terdiri atas empat subsistem, yaitu internal accounting, pemasaran intelligence, pemasaran research, dan pemasaran manajemen science (accounting internal, intelegensi pemasaran, penelitian pemasaran, dan ilmu manajemen pemasaran). Subsistem ini mengambil data dari lingkungan dan mentransformasikannya menjadi informasi untuk keperluan eksekutif pemasaran.

























Dengan memasaukkan atau menyertakan sistem accounting internal, Kotler mengetahui adanya hubungan simbiotik atau ketergantungan antara fungsi dalam perusahaan tersebut. Kenyataannya, sistem accounting internal-lah yang memberikan pertalian biasa ke seluruh perusahaan, dengan cara mengumpulkan data yang menjelaskan operasi sebenarnya dan dengan menggunakan dara untuk membuat dokumen accounting dasar dan laporan manajemen.
Sistem intelligensi pemasaran terutama berkaitan dengan penyebaran informasi untuk memeberitahu manajer mangenai perkembangan baru yang ada di pasaran. Perbedaannya dengan sistem accounting adalah bahwa output intelegensi-nya diorientasikan ke masa datang, bukannya berorientasi pada saat itu atau saat lampau.
Sistem penelitian pemasaran dan sistem ilmu manajemen pemasaran digunakan untuk mengevaluasi strategi alternatif dan untuk menentukan alternatif yang terbaik atau memberikan informasi kepada manajer sehingga manajer tersebut dapat membuat kepeutusan. Penelitian pemasaran adalah aktivitas ganda yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Ia meliputi pertama, pengumpulan data pada saat itu yang menjelaskan operasi pemasaran, dan kedua, memberikan penemuannya kepada manajemen dalam bentuk yang bisa untuk membuat keputusan. Penekanan penelitian pemasaran adalah pada informasi yang tak pernah habis. Penelitian ini biasanya diperlukan untuk merancang dan melaksanakan proyek khusus guna untuk mengumpulkan data yang menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Sebaliknya, penekanan ilmu manajemen pemasaran adalah pada penggunaan teknologi kuantitatif canggih, seperti simulasi.
Pada tahun 1966, sistem penelitian pemasaran dan ilmu manajemen pemasaran telah menampilkan metode analisis data yang paling modern yang digunakan untuk membantu manajer dalam pemecahan masalah. Kotler melihat bahwa manajer pemasaran menggunakan output informasi untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengontrolan.
Ia membuat struktur yang baik untuk mengidentifikasi metode pokok yang digunakan untuk menghasilkan informasi pemasaran. Namun demikian, bagi sisten penelitian dan ilmu manajemen pemasaran, modelnya ini penuh dengan teknik pemecahanmasalah. Walaupun demikian, tujuan kita hanyalah untuk mengetahui background yang lebih baik mengenai berbagai jenis dukungan keputusan yang diberikan oleh sistem informasi pemasaran.

Model Sistem Informasi Pemasaran
Semua keputusan yang dibuat oleh manajer pemasaran berkaitan dengan satu unsur campuran atau lebih. Karena unsur tersebut dapat dengan baik mengkategorikan keputusan pemasaran, maka mereka dapat digunakan pula untuk mengkategorikan aktivitas sistem informasi pemasaran dapat mendukung kelompok keputusan tertentu. Inilah cara yang dilakukan Brien dan Stafford, dan kita akan membahasnya secara lebih jauh. Sistem informasi pemasaran akan kita bagi menjadi subsistem agar menghasilkan output yang dapat menjelaskan setiap unsur campuran tersebut.



Komponen Sistem Informasi pemasaran
Sistem informasi pemasaran mempunyai komponen yang sama dengan sistem informasi secara umum, yaitu :
komponen-komponen input, model, output, basis data, teknologi dan kontrol. Perbedaan komponen-komponen ini antar sistem-sistem informasi lainnya adalah konteks letak dari sistem informasinya. Misalnya untuk Sistem informasi pemasaran ini, maka komponen inputnya adalah input tentang data pemasaran dan outputnya adalah laporan-laporan berisi informasi pemasaran.
 Komponen Input Pemasaran
• Sistem informasi pemasaran mengumpulkan data yang menjelaskan transaksi pemasaran perusahaan.
• Subsistem intelejen pemasaran mengumpulkan informasi dari lingkungan perusahaan yang berkaitan dengan
• operasi pemasaran. Subsistem peneliti pemasaran menlakukan penelitian khusus mengenai operasi pemasaran.
• Komponen Model Pemasaran

Model digunakan untuk menghasilkan informasi yang relevan yang sesuai dengan kebutuhan pemakai sistemnya. Model merupakan cetakan yang merubah bentuk input menjadi output. Model di sistem informasi pemasaran banyak digunakan untuk menghasilkan laporan keperluan anggaran operasi, strategi penentuan harga produk, evaluasi produk baru, pemilihan lokasi fasilitas, evaluasi penghapusan produk lama,penunjukan salesman, penentuan rute pengiriman yang paling optimal, pemilihan media iklan yang paling efektif dan untuk persetujuan kredit.
 Komponen Basis Data Pemasaran
Data yang digunakan oleh Subsistem out put berasal dari data base. Beberapa data dalam data base adalah unik bagi fungsi pemasaran, tapi banyak yang berbagi dengan area fungsional lain.
 Komponen Output Pemasaran
Tiap Subsistem out put menyediakan informasi tentang Subsistem itu sebagai bagian dari bauran Subsistem produk menyediakan informasi tentang produk perusahaan. Subsistem promosi menyediakan informasi tentang kegiatan periklana perusahaan dan penjualan langsung. Subsistem harga membantu manajer untuk membuat keputusan harga
 Strategi pemasaran
Strategi pemasaran terdiri dari campuran unsur-unsur yang dinamakan bauran pemasaran semua itu dikenal dengan 4P yaitu:
1. Produk apa yang dibeli pelanggan untuk memuaskan kebutuhannya
2. Promosi berhubungan dengan semua cara yang mendorong penjualan
3. Place berhubungan dengan cara mendistribusikan produk secara fisik kepada pelanggan melalui slauran distribusi
4. Price terdiri dari semua element yang berhubungan dengan apa yang dibayar oleh pelanggan

Menilai Kebutuhan Informasi
Sistem informasi pemasaran yang baik menyeimbangkan informasi yang diinginkan oleh manajer dengan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang layak untuk ditawarkan. SIP harus mengamati lingkungan pemasaran agar dapat menyediakan, bagi pengambil keputusan, informasi yang harus mereka ketahui untuk mengambil keputusan penting dalam bidang,pemasaran.
Mendristibusikan Informasi
Informasi pemasaran tidak mempunyai nilai sampai manajer menggunakannya untuk mengambil keputusan pemasaran yang lebih baik. Informasi dikumpulkan lewat pengetahuan pemasaran dan riset pemasaran harus didistribusikan kepada manajer pemasaran yang tepat, pada saat yang tepat.
Perkembangan dalam teknologi informasi menyebabkan revolusi dalam distribusi informasi. Dengan kemajuan dalam komputer, perangkat lunak, dan telekomunikasi baru-baru ini, sebagian besar perusahaan melakukan desentralisasi sistem informasi pemasaran.
Mengembangkan Informasi
Informasi yang dibutuhkan oleh manajer pemasaran dapat diperoleh dari catatan internal perusahaan, pengetahuan pemasaran, dan riset pemasaran. Sistem analisis informasi kemudian memproses informasi ini untuk membuatnya lebih bermanfaat bagi manjer.
Catatan Internal
Kebanyakan manajer pemasaran menggunakan catatan dan laporan internal secara teratur, terutama untuk mengambil keputusan perencanaan, implementasi dan pengendalian tugas sehari-hari. Informasi catatan internal terdiri dari informasi yang dikumpulkan dari sumber di dalam perusahaan untuk mengevaluasi kinerja pemasaran dan untuk mengetahui masalah serta pemasaran.
Pengetahuan Pemasaran
Pengetahuan pemasaran adalah informasi sehari-hari mengenai perkembangan dilingkungan pemasaran yang membantu manajer menyiapkan dan menyesuaikan rencana pemasaran. Sistem pengetahuan pemasaran menetapkan pengetahuan apa yang dibutuhklan, mengumpulkannya dengan mencari dalam lingkungan, dan menyampaikan kepada manajer.
Riset Pemasaran
Riset pemasaran sebagai fungsi yang menghubungkan pemasar dengan konsumen, pelanggan, dan publik lewat informasi. Informasi itu dipergunakan untuk mengetahui dan menentukan peluang serta masalah pemasaran, untuk menghasilkan, mempertajam, dan mengevaluasi tindakan pemasaran, untuk memantau kinerja pemasaran dan memperbaiki pemahaman mengenai proses pemasaran. Peneliti pemasaran terlibat dalam berbagai macam aktivitas, dari telaah potensi pasar dan pangsa pasar, untuk menilai kepuasan pelanggan dan tingkah laku membeli, untuk mempelajari aktivitas penetapan harga, produk, distribusi, dan promosi.
Analisis informasi
Informasi yang dikumpulkan oleh sistem pengetahuan pemasaran dan riset pemasran sering kali perlu dianalisis lebih lanjut dan kadang-kadang manajer memerlukan bantuan lebih lanjut untuk menerapkan informasi tadi pada masalah dan keputusan pemasaran. Analisis informasi mungkin juga mencakup koleksi model matematika yang akan membantu pemasar mengambil keputusan lebih baik. Setisp model mewakili beberapa sistem, proses, atau hasil yang sebenarnya. Semua model ini dapat membantu menjawab pertanyaan mengenai apa yang terjadi kalau dan mana yang terbaik.
Subsistem Sistem Informasi Pemasaran
Subsistem Penelitian Pemasaran (Riset Pemasaran)
Subsistem penelitian pemasaran merupakan sistem yang berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis data pelanggan dan calon pelanggan dan calon pelanggan. Manajer pemasaran dapat mengunakan penelitian pemasaran untuk mengumpulkan segala jenis informasi tetapi sebagian besar kegiatan ditujukan pada pelanggan dan calon pelanggan :
 Data primer dan sekunder
Data primer adalah data yang dikumpulkan perusahaan. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah wawancara mendalam, pengamatan dan pengujian terkendali. Beberapa data skunder harus dibeli dan sering tersedia dalam bentuk pita magnetik atau disket untuk memudahkan pemasukan kedalam CBIS data sekunder yang lain seperti tersedia diperpustakan
 Subsistem Produk
Subsistem produk berguna untuk membuat rencana produk baru.
a. Siklus hidup produk
Tugas manajer pemasaran adalah mengembangkan strategi dan taktik untuk tiap unsur dalam bauran pemasaraan dan kemudian mengintegrasikan menjadi suatu rencana pemasaran yang menyeluruh. Suatu kerangka kerja yang disebut siklus hidup produk mengarahkan manajer dalam membuat keputusan-keputusan ini seperti arti namanya siklus hidup produk.
b. Model evaluasi produk baru
Keputusan untuk mengembangkan produk baru harus dipertimbangkan secara matang dan dengan dasar keuangan yang baik dan dibuat oleh eksekutif. Perusahaan yang memperkenalkan banyak produk baru mengembangkan suatu prosedur formal yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti potensi tingkat keuntungan dan efisiensi penggunaan sumber daya.
 Subsistem Tempat
pengambilan keputusan terhadap penentuan tempat yang sesuai dengan pelemparan produk yg dihasilkan sangat menentukan tingkat penjualan produk. Untuk itu, posisi subsistem ini sangat vital dalam keberadaanya.


 Subsistem Promosi
Subsistem promosi berfungsi untuk melakukan analisis terhadap promosi yg dilakukan untuk meningkatkan penjualan.
 Subsistem Harga
Subsistem harga berfungsi untuk membantu menetapkan harga terhadap produk yg dihasilkan.
a. Penetuan harga berdasarkan biaya
Beberapa poerusahaan menggunakan penentuan harga berdasarkan biaya dengan menentukan biaya-biaya mereka dan menambahkan markup yang diinginkan. Jika perusahaan memilki SIA yang baik, tersedia data biaya yang akurat mambuat tugas Subsistem harga menjadi mudah untuk mendukung penentuan harga berdasarkan biaya.
b. Penentuan harga berdasarkan permintaan
Kebijakan harga yang kurang berhati-hati adalah penentuan harga berdasrakan permintaan yang menetapkan harga sesuai dengan nilai yang ditempatkan oleh konsumen terhadap produk.


METODE PENELITIAN

Metode dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survei atau metode sampling, yaitu data hanya dikumpulkan dari responden yang dijadikan sampel penelitian. Sedangkan jenis penelitian ini adalah eksplanatory research, yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas yang terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik dengan variabel terikat yaitu kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas melalui pengujian hipotesis.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sedangkan unit analisisnya adalah konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas yang ada di perumahan di wilayah tersebut.

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 515 konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas yang ada di wilayah Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Karena penelitian ini merupakan penelitian survei, maka dalam penelitian ini tidak semua anggota populasi dijadikan responden penelitian. Jumlah responden disesuaikan dengan jumlah sampel yang diambil yang ditentukan dengan rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 84 responden. Adanya sub-populasi yang dikelompokkan berdasarkan lokasi perumahan yaitu Griya Saka Permai, Pesona Merapi, Tugu Asri, Griya Perwita Wisata, dan Sinar Dayu Indah dimana jumlah sub-populasi tidak sama besar, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proposionate random sampling yaitu dengan mengambil jumlah sampel secara proporsional berdasarkan jumlah yang ada di dalam sub-populasi. Adapun jumlah sampel dalam setiap sub-populasi yaitu Griya Saka Permai sebanyak 13 orang, Pesona Merapi sebanyak 27 orang, Tugu Asri sebanyak 12 orang, Griya Perwita Wisata sebanyak 6 orang, dan Sinar Dayu Indah sebanyak 26 orang.

Teknik dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dan dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara langsung oleh responden. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung penelitian ini, yang diperoleh melalui wawancara maupun studi dokumen.

Metode Analisis Data
Untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan statistik inferensial yaitu analisis regresi berganda. Adapun model regresi yang digunakan dalam mengestimasi variabel terikat dengan prediktor lima variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :

Y = Bo + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + B4 X4 + B5 X5 + e

Dimana: Y = Kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas; X1 = Produk; X2 = Harga; X3 = Lokasi; X4 = Promosi; X5 = Bukti fisik; Bo = Konstanta; B1…B5 = Koefisien regresi X1; X2 ; X3 ; X4; X5 ;e = error terms

Pengujian hipotesis digunakan uji F untuk menguji ada/tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dan uji t untuk menguji ada/tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.


Proses Riset Pemasaran
Proses riset pemasaran mempunyai empat ( 4 ) langkah :
1. Menetapkan Permasalahan dan tujuan riset.
a. Riset Eksploratoris, riset pemasaran untuk mengumpulkan informasi awal yang akan membantu mendefinisikan permasalahan dan menawarkan hipotesis.
b. Riset Deskriptif, riset pemasaran yang bertujuan secara lebih baik mendeskripsikan masalah, situasi pemasaran, akan pasar, seperti potensi pasar suatu produk atau demografi dan perilaku konsumen mereka.
c. Riset kausal, riset pemasaran untuk menguji hipotesis hubunhan sebab akibat.
2. Mengembangkan rencana riset untuk mengumpulkan informasi.
a. Menentukan kebutuhan informasi spesifik.
b. Mengumpulkan informasi skunder.
c. Perencanaan Pengumpulan data primer.
- Riset observasi, pengumpulan data primer dedngan mengobservasi orang, tindakan dan situasi yang relevan.
- Riset Survey, aktivitas pengumpulan data dengan cara menanyakan pertanyaan kepada orang mengenai pengetahuan,sikap, preferensi dan perilaku pembelian mereka.
- Wawancara Kelompok focus, wawancara pribadi yang melibatkan enam sampai sepuluh orang selama beberapa jam untuk membicarakan produk, jasa atau organisasi.
- Mempresentasikan perencanaan riset, pada tahap ini periset pemasaran seharusnya merangkum perencanaannya dalam sebuah proposal tertulis.
3. Mengimplementasikan rencana riset.
Proses ini mencakup pemgumpulan, pemrosesan dan penganalisaan informasi. Pengumpulan data dapat dilakukan oleh staf riset pemasaran atau perusahaan lain.
4. Mengimplementasikan dan melaporkan penemuan.
Peneliti kemudian mengimplementasikan temuan-temuannya, menarik kesimpulan dan melaporkannya kepada manajemen.

Pertimbangan Riset Pemasaran Lainnya
1. Riset pemasaran pada Usaha Kecil dan Organisasi Nonprofit.
2. Riset Pemasaran Internasional.
3. Kebijakan publik dan etika dan Riset Pemasaran.
a. Gangguan terhadap Privasi Konsumen.
b. Penyalahgunaan Hasil Riset.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Deskriptif
Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Sebagian besar konsumen cenderung merasa puas terhadap kondisi rumah yang mereka tempati. Kepuasan yang dirasakan oleh sebagian besar konsumen tersebut didukung oleh adanya data lapangan dimana konsumen menilai perumahan mereka dari sisi desain rumah yang dibangun pengembang dinilai menarik, kualitas bangunan dinilai baik, jaminan dalam bentuk perawatan maupun perbaikan selama masa pemeliharaan yang diberikan pengembang dirasakan konsumen baik.
Ditinjau dari segi harga yang ditetapkan untuk tipe rumah yang dibeli konsumen, sebagian besar konsumen merasa puas. Kondisi ini didukung oleh adanya tanggapan konsumen berkaitan dengan harga menunjukkan sebagian besar konsumen menilai harga yang ditetapkan terhadap tipe rumah yang mereka beli sesuai, potongan harga yang diberikan terhadap tipe rumah yang mereka beli sesuai, dan prasyaratan pembayaran yang ditetapkan pengembang relatif mudah.
Tingkat kepuasan konsumen terhadap letak lokasi perumahan, sebagian besar konsumen cenderung merasakan adanya kepuasan terhadap letak lokasi perumahan. Kondisi ini didukung oleh adanya data yang menunjukkan sebagian besar konsumen menilai letak lokasi perumahan mereka strategis dan mudah memperoleh transportasi umum di sekitar perumahan.
Tingkat kepuasan konsumen terhadap kondisi lingkungan yang ada di sekitar perumahan mereka menunjukkan sebagian besar konsumen merasakan adanya kepuasan. Hal ini didukung oleh adanya data bahwa sebagian besar konsumen menilai bahwa lingkungan internal maupun lingkungan eksternal di sekitar perumahan yang mereka tempati dirasakan nyaman, serta aman dan bersih.
Sebagian besar konsumen merasakan puas terhadap sarana-prasarana yang ada di perumahan mereka. Hal ini didukung oleh adanya data bahwa sebagian besar konsumen menilai sarana prasarana yang disediakan pengembang di lokasi perumahan sudah baik.





Hasil Analisis Regresi
Berdasarkan hasil regresi yang ada dalam Tabel 1, maka model regresi yang dapat digunakan untuk mengestimasi Y dengan prediktor X1,X2,X3,X4,dan X5 sebagai berikut :

Y = 1,924 + 0,226X1 + 0,246X2 + 0,197X3 + 0,150X4 + 0,204X5


Tabel 1. Hasil regresi antara variabel produk (X1), harga (X2), lokasi (X3),
promosi (X4), bukti fisik (X5) terhadap kepuasan konsumen pembeli
rumah tipe menengah ke atas (Y)

Variabel
bebas Koefisien regresi
(B) Koefisien Standard
(Beta) Sig.t
(p) r2
Produk (X1)
Harga (X2)
Lokasi (X3)
Promosi (X4)
Bukti fisik (X5) 0,226
0,246
0,197
0,150
0,204 0,338
0,358
0,317
0,241
0,290 0,000 *)
0,000 *)
0,001 *)
0,007 *)
0,002 *) 0,1576
0,1789
0,1421
0,0906
0,1176
Konstanta
R
R Square
Adjusted R Square
Sig. F (p)
Variabel terikat :
Kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas (Y)
 = 0,05 = 1,924
= 0,658
= 0,433
= 0,396
= 0,000 *)


Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2002
Keterangan : *) signifikan p < 0,05



Implikasi Hasil Penelitian
Model regresi yang dihasilkan berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini sudah dapat dikatakan baik, dan dapat digunakan untuk mengestimasi variasi perubahan nilai variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu kepuasan konsumen dengan menggunakan variabel independen (product, price, place, promotion, physical evidence), walaupun besarnya kontribusi variabel independen terhadap perubahan variabel dependen hanya 39,6% (Adjusted R Square = 0,396). Namun demikian, besar kecilnya koefisien determinan yang diperoleh, bukan merupakan ukuran untuk menyatakan tepat tidaknya model yang dipakai (Gujarati 1999).
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis terhadap data lapangan, diperoleh bahwa secara simultan variabel produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas (p = 0,000 < 0,05), dimana pengaruh yang diberikan oleh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen bersifat positif (R = 0,658). Besarnya kontribusi variabel independen secara simultan terhadap variasi perubahan variabel dependen adalah 39,6% sedangkan sisanya 60,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Secara konseptual, kepuasan konsumen selain dipengaruhi oleh variabel-variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini, dapat dipengaruhi oleh variabel lain bauran pemasaran lainnya seperti pelayanan people, processes dan provision of consumer service (Payne 1993).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial variabel produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen (p = 0,000< 0.05), dimana besarnya kontribusi variabel tersebut terhadap variasi perubahan kepuasan konsumen adalah 15,76% (r2 = 0,1576); variabel harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen (p = 0,000 < 0,05) besarnya kontribusi variabel tersebut terhadap variasi perubahan kepuasan konsumen adalah 17,89% (r2 = 0,1789); variabel lokasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen (p = 0,001 < 0,05), besarnya kontribusi variabel tersebut terhadap variasi perubahan kepuasan konsumen adalah 14,21% (r2 = 0,1421); variabel promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen (p = 0,007 < 0,05), besarnya kontribusi variabel tersebut terhadap variasi perubahan kepuasan konsumen adalah 9,06% (r2 = 0,0906); variabel bukti fisik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen (p = 0,002 < 0,05), besarnya kontribusi variabel tersebut terhadap variasi perubahan kepuasan konsumen adalah 11,76% (r2 = 0,1176).
Secara teoritis, hasil penelitian ini mendukung konsep pemasaran yang dikemukakan oleh Stanton et al. (1994) bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang serta jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen. Selain itu hasil penelitian ini mendukung konsep Marketing Mix dari Pawitra (1993) yang terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.
Secara esensial, landasan konseptual yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah prilaku konsumen. Berdasarkan kajian empiris salah satu perbedaan yang cukup mencolok dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penetapan variabel dependen. Penelitian ini menggunakan kepuasan konsumen sebagai variabel dependen, sedangkan penelitian sebelumnya lebih banyak menekankan pada keputusan pembelian.
Pijakan yang digunakan dalam menetapkan kepuasan konsumen sebagai variabel dependen, bahwa setelah seorang konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk maka yang perlu diperhatikan adalah tahapan dari perilaku konsumen yang bersangkuta setelah pembelian (post purchasebehavior) seperti yang dijelaskan oleh Kotler et al. (1996).
Secara empiris, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang berkaitan dengan keputusan pembelian konsumen, karena sebelum prilaku pasca pembeli (puas/tidaknya seseorang terhadap suatu produk) maka akan terjadi pengambilan keputusan untuk membeli.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian Kresnaini (1998) dimana variabel fasilitas, kedekatan dengan tempat kerja, harga, promosi mempunyai pengaruh terhadap pemilihan lokasi perumahan dan tipe rumah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kresnaini adalah variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen, sedangkan dalam variabel independen penelitian ini memasukkan variabel product dan physical evidence/bukti fisik, dimana berdasarkan hasil penelitian variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian Suwajaya (1996) yang meregresikan faktor produk, harga, tingkat kepercayaan konsumen, promosi, periklanan melalui brosur serta sarana prasarana terhadap keputusan pembelian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Suwajaya adalah dalam penelitian Suwajaya variabel dependen yang digunakan adalah keputusan pembelian, sedangkan dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen. Selain itu penelitian Suwajaya memasukkan tingkat kepercayaan konsumen dan periklanan melalui brosur, sedangkan penelitian ini menetapkan variabel lokasi dan bukti fisik sebagai variabel independen dan berdasarkan hasil regresi kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sintani (1997) yang menghasilkan bahwa ada 8 faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen yaitu kelompok referensi, harga, citra dan pelayanan, produk dan tempat, promosi, lingkungan dan sosialisasi, serta harga barang subsitusi, ekonomi,dan sosial. Sedangkan penelitian ini hanya menetapkan 5 variabel dari 8 variabel tersebut yaitu produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik yang secara signifikan mempengaruhi kepuasan konsumen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sintani adalah pada variabel dependen, dimana penelitian ini menetapkan kepuasan konsumen sebagai variabel dependen. Selain itu yang menjadi obyek penelitian Sintani adalah konsumen yang membeli rumah sederhana, sedangkan penelitian ini mengambil obyek penelitian konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Ghozi (1999) yang menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara produk, harga, promosi, lokasi, bukti fisik, pendapatan, dan tingkat pendidikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli rumah KPR-BTN. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini variabel pendapatan dan tingkat pendidikan tidak termasuk dalam variabel bebas yang diteliti, sedangkan variabel terikatnya adalah kepuasan konsumen. Selain itu obyek penelitian Ghozi adalah konsumen pembeli KPR-BTN, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
Secara empiris, terbukti bahwa variabel harga dan produk merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen dibandingkan variabel bebas lain yang ditetapkan dalam penelitian ini (r2 harga = 0,1789; Beta = 0,358 dan r2 produk = 0,1576; Beta = 0338). Dari variabel harga, adanya penetapan harga perumahan yang sesuai merupakan unsur yang menjadi perhatian utama para konsumen. Sedangkan dalam variabel produk, kualitas perumahan yang baik merupakan unsur yang menjadi perhatian utama konsumen. Berdasarkan temuan tersebut, maka konsumen cenderung lebih banyak akan mengukur kepuasan mereka dari kesesuaian harga yang ditetapkan developer dan kualitas perumahan yang dijanjikan pada mereka.
Adanya harga dan produk yang dominan, secara empiris dapat dikatakan bahwa penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Sintani (1997) dan Ghozi (1999) yang juga menemukan bahwa harga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan dalam penelitiannya. Sedangkan dalam penelitian ini selain harga, variabel produk juga merupakan variabel yang dominan.



KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas di perumahan yang berada di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik, secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pembeli rumah tipe menengah ke atas.
c. Variabel harga dan produk merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen. Untuk variabel harga, penetapan harga merupakan indikator yang menjadi perhatian utama konsumen dimana berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator ini memiliki nilai rata-rata lebih besar dibandingkan indikator harga lainnya (persyaratan pembayaran dan potongan harga). Sedangkan untuk variabel produk, kualitas merupakan indikator yang menjadi perhatian utama konsumen, dan berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator ini memiliki nilai rata-rata lebih besar dibandingkan indikator produk lainnya (desain dan jaminan).



Saran-Saran
Bagi para pengembang / developer perumahan :
1. Variabel harga dan produk masih tetap dominan terhadap penciptaan kepuasan konsumen. Namun dari kedua variabel tersebut, unsur penetapan harga dan kualitas yang harus diperhatikan oleh pengembang apabila ingin kepuasan konsumen tercipta.
2. Pengkajian faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen perlu dilakukan, karena dengan mengetahui banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen, pengembang akan lebih mampu melakukan pengembangan perumahan yang sesuai dengan permintaan pasar, terutama memuaskan kebutuhan konsumen.
b. Bagi para teoritisi :
1. Melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang dapat menjadi sumber kepuasan konsumen, serta kondisi-kondisi yang mempengaruhinya.
2. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang sama, namun untuk mencari perbedaan berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan dan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Gary & Philip, Kotler (1996) Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan, Prenhalindo, Jakarta.
Basu, Swastha dan T. Hani Handoko (1999) Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Ke-VIII, Liberty, Yogyakarta.
Budi,Santoso (2000) Realeastat Indonesia Sebuah Konsep Ilmu & Problema Pengembang. School of Real Estate, Jakarta.
Christopers (1998) Winning Applause. Journal of Property Management, April 1998.
Engel, J.F., Backwell, Roger D., & Paul W. Miniard (1995) Perilaku Konsumen. Jilid II, Alih Bahasa Budiono FX, Binarupa Aksara, Jakarta.
Husein, Umar (1999) Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Edisi revisi, Gramedia, Jakarta.
Jafee,Austin J., & C.F. Sirmans (1986) Fundamentals Of Real Estate Investment, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Kotler, Philip (1999) Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi 11, Jilid 1, Diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Rusli, Prenhalindo, Jakarta.
Kotler, Philip, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, & Chin Tiong Tan (1996). Marketing Management An Asian Prespective. Prentice Hall, Singapore.
Li Ling Hin (1992) The Official Land Value Appraisal System Under The Land Use Rights Reform In China. The Appraisal Journal, January.
Loudon, D.L., & A.J.D. Bitta (1993) Consumer Behavior : Concept and Application. Fourth edition, Mc Grew Hill , Singapore.
Orso, Anthony (1996) New Kind of Renter Force Apartement Developers to Provide New Aparterment Product. National Real Eastate Investor, June 1996.
Payne, A. (1993) The Essence of Services Marketing. Prentice-Hall International Ltd., New York.
Ramsland, Jr. dan Markham (1998) Market Supported Adjustments Using Multiple Regression Analysis. The Appraisal Journal, April.
Rhenald, Kasali (1998) Membidik Pasar Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sekaran, U. (1992) Research Methods For Business. Second edition, John Wiley & Sons, Inc, Canada.
Stanton, W.J., M.J. Etzel, dan B.J. Walker (1994) Fundamentals of Marketing. Tenth edition, MCGraw-Hill Inc., New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar